Cerpen
Sore itu, mestinya ada sebagian Ibu-ibu berkerumun di pojok gang , membicarakan tentang uang arisan yang belum lengkap terbayar atau harga gula yang melambung tinggi. Tentu saja mereka bebicara tanpa masker, .. seminggu yang lalu.
Sore ini, aku lewat dan melirik di ujung gang, dan ternyata hanya ada seorang tua renta yang kukenal dengan setia berkerudung meski sedikit lusuh tapi itu bukti ketaatannya untuk bekumpul di pojok gang itu setiap Minggu sore, dan kulurkan masker yang sengaja aku bawa kemana-mana untuk setiap kali kuberikan pada siapapun yang belum memakainya. Aku bilang padanya,
“Pulang saja Mbah, pertemuannya diundur, arisannya nanti disetor ke Bu RT saja, nanti sore dikabari lewat WA”..
Upzz aku lupa dia pasti tak punya HP.
Segera kuralat, “Nanti aku kasi tahu Mbah, jangan lupa maskernya dipakai ya Mbah.”
Sore itu, hal baik yang bisa kulakukan, memberitahu seorang renta yang menjadi rentan Virus Corona, memberinya masker, mengantarnya ke BU RT dan membawanya pulang ke rumahnya.
Dan ibu-bu dasawisma malam ini dengan gembira menyampaikan lewat WA, bahwa Mbah Mardi yang mendapatkan arisan.
Malam ini, aku menemui Mbah Mardi, karena dia menunggu di depan rumah, dia akan selalu menunggu bila hari ini dia tak mendapatkan arisan yang tak seberapa itu,..
‘Mbah, ini uang arisannya.”
“Alhamdulilah, aku mau nitip ya beli masker, kata orang-orang ada pagebluk, katanya kalau aku gak pake masker aku jadi incaran pirus itu karena aku sudah tua, aku takut Non, aku tak punya siap-siapa lagi dan aku nunggu uang arisan ini untuk beli masker, buat ngusir Corona sisanya buat hidup aku beli garam dan cabe karena berasnya sudah Kau beri kemarin”
Aku pulang dari rumah Mbah mardi , sambil menahan pedasnya aliran mata yang kutahan, aku tetap harus berjuang, meski bukan di garda depan, tapi setidaknya menjaga tubuh-tubuh renta yang tak punya siapa-siapa itu tetap terjaga dan tidak panik karena pesan yang tidak mendidik.
~~XI MIPA~~
#SMAKSATYACENDIKAJEMBER
Komentar
Posting Komentar